Rabu, 01 Februari 2017

laporan biokimia


BAB KARBOHIDRAT
A.    DASAR TEORI
Karbohidrat adalah sumber energi utama bagi kita. Kentang, roti, pasta dan beras kaya akan karbohidrat. Karbohidrat didefinisikan sebagai suatu aldehida atau keton polihidroksi. Karbohidrat dapat disederhanakan menjadi tiga kelas, yaitu:
1.      Monosakarida adalah satu unit “gula”. Monosakarida tidak dapat dipecah menjadi unit gula sederhana. Monosakarida biasanya putih, padatan larut dalam air. Yang paling umum adalah monosakarida terdiri dari enam atom karbon. Glukosa dan fruktosa adalah monosakarida yang umum ditemukan pada jus buah, madu dll. Monosakarida dapat lebih lanjut diklasifikasikan sebagai:
a.       Aldoses – ini mengandung aldehid (-CHO) kelompok fungsional.
b.      Ketoses – ini mengandung keton (C = O) kelompok fungsional.
Monosakarida juga diklasifikasikan berdasarkan jumlah atom karbon. Sebuah enam karbon monosakarida dikenal sebagai heksosa suatu, sebuah monosakarida lima karbon adalah dikenal sebagai pentosa dan sebagainya. Sebuah monosakarida yang mengandung enam atom karbon dan kelompok fungsional aldehida dikenal sebagai suatu aldohexose. Glukosa adalah suatu aldohexose, fruktosa adalah suatu ketohexose (Nurhalim. 2009).
Monosakarida diklasifikasikan berdasarkan reaktivitas kimia mereka. Gula yang bereaksi dengan agen oksidasi ringan seperti ion Cu2+dikenal sebagai gula pereduksi. Semua aldoses dan ketoses merupakan gula pereduksi.
2.      Disakarida mengandung dua unit monosakarida bergabung bersama-sama oleh ikatan glikosida. Maltosa ditemukan dalam biji-bijian berkecambah dan terdiri dari unit glukosa dihubungkan bersama-sama. Laktosa ditemukan dalam susu dan terdiri dari glukosa dan galaktosa unit terkait bersama-sama. Sukrosa ditemukan dalam tebu dan terdiri dari glukosa dan fruktosa.
Monosakarida +  Monosakarida→ disakarida + H2O
3.      Polisakarida mengandung banyak unit monosakarida terkait bersama-sama. Pati ditemukan dalam biji-bijian, glikogen ditemukan dalam otot dan selulosa ditemukan dalam tanaman, kapas dan kertas. Semua terbuat dari molekul glukosa terhubung dalam susunan yang berbeda (Nurhalim. 2009).
Ada beberapa metode uji kualitatif karbohidrat, yaitu:
1.      Uji Molisch
Adalah uji untuk membuktikan adanya karbohidrat. Uji ini efektif untuk berbagai senyawa yang dapat di dehidrasi menjadi furfural atau substitusi furfural oleh asam sulfat pekat. Senyawa furfural akan membentuk kompleks dengan α-naftol yang dikandung pereaksi Molisch dengan memberikan warna ungu pada larutan.
2.      Uji Benedict
Adalah uji untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula pereduksi adalah gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya dua buah monosakarida. Karateristiknya tidak bisa larut atau bereaksi secara langsung dengan Benedict, contohnya semua golongan monosakarida, sedangkan gula non pereduksi struktur gulanya berbentuk siklik yang berarti bahwa hemiasetal dan hemiketalnya tidak berada dalam kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan sukrosa. Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Untuk menghindari pengendapan cuco3 pada larutan natrium karbonat (reagen Benedict), maka ditambahkan asam sitrat. Larutan tembaga alkalis dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau monoketon bebas, sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton bebas tidak dapat mereduksi larutan Benedict (Zulfikar, A. 2010).
3.      Uji Barfoed
Adalah uji untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan mengontrol kondisi pH serta waktu pemanasan. Prinsipnya berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+. Reagen Barfoed mengandung senyawa tembaga asetat.
4.      Uji Seliwanoff
Prinsipnya berdasarkan konversi fruktosa menjadi asam levulinat dan hidroksimetil furfural oleh asam hidroklorida panas dan terjadi kondensasi hidroksimetilfurfural dengan resorsinol yang menghasilkan senyawa berwarna merah, reaksi ini spesifik untuk ketosa. Sukrosa yang mudah dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa akan memberikan reaksi positif dengan uji seliwanoff yang akan memberikan warna jingga pada larutan.
5.      Uji Hidrolisis Pati
Pati dan iodium membentuk ikatan kompleks berwarna biru. Pati dalam suasana asam bila dipanaskan dapat terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana, hasilnya diuji dengan iodium yang akan memberikan warna biru sampai tidak berwarna dan hasil akhir ditegaskan dengan uji Benedict (Zulfikar, A. 2010).

B.     TUJUAN
Mengetahui senyawa-senyawa karbohidrat dengan uji-uji karbohidrat.

C.     LANGKAH KERJA
a)      Uji Molisch
1.      Tambahkan 3 tetes pereaksi Molisch ke dalam 1 ml larutan karbohidrat, kocok pelan-pelan.
2.      Ke dalam tabung tersebut di atas, tambahkan 1 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung yang dimiringkan.
3.      Terjadinya warna pada bidang batas antara kedua lapisan cairan menunjukkan reaksi positif.
4.      Lakukan percobaan dari tahap 1 s/d tahap 3 masing-masing untuk larutan 1 M glukosa, maltosa, dan arabinosa.
b)      Uji Benedict
1.      Tambahkan 3 tetes larutan karbohidrat pada tabung reaksi yang telah diisi dengan 2 ml reagen Benedict, lalu kocok. Temptakan tabung dalam penangas air mendidih selama 5 menit, biakan dingin. Amati perubahan warna dan perhatikan apakah terbentuk endapan.
2.      Pembentukan endapan hijau, kuning atau merah menunjukkan reaksi positif.
3.      Lakukan percobaan tahap 1 s/d 2 untuk larutan 0,1 M glukosa, galaktosa, maltosa, sukrosa, fruktosa dan larutan 1 % pati.
4.      Ulangi percobaan tahap 1 s/d 2 untuk larutan 0,1 M glukosa yang diencerkan 2 kali, 10 kali, 50 kali dan 100 kali.
c)      Uji Barfoed
1.      Tambahkan 1 ml larutan 0,1 M glukosa ke dalam tabung reaksi yang berisi 1 ml pereaksi Barfoed. Panaskan tabung tersebut dia atas air mendidih selam 3 menit. Dinginkan selama 2 menit pada air mengalir.
2.      Bila tidak terjadi reduksi selama 5 menit, lakukan pemanasan selama 15 menit sampai terlihat adanya reduksi.
3.      Ulangi percobaan tahap 1 s/d 2 masing-masing untuk larutan 0,1 M fruktosa, laktosa, maltosa dan sukrosa.
d)     Uji Seliwanoff
1.      Ke dalam tabung reaksi yang telah diisi dengan 2 ml larutan Seliwanoff tambahkan beberapa tetes larutan 0,1 M fruktosa.
2.      Taruh tabung diatas penangas air mendidih selam 60 detik. Perhatikan perubahan warna yang terjadi.
3.      Ulangi tahap 1 s/d 2 masing-masing untuk larutan 0,1 M glukosa dan sukrosa.
4.      Terjadinya perubahan warna merah dan endapan menunjukkan rekasi positif untuk ketosa; bila endapan dilarutkan dalam alkohol maka akan terjadi larutan berwarna merah.
e)      Hidrolisa Sukrosa
1.      Isi tabung reaksi dengan 5 ml larutan 0,1 M sukrosa, tambahkan 1 ml HCl 10%
2.      Panaskan di dalam penangas air mendidih selama 15 menit, kemudian dinginkan perlahan-lahan dan netralkan.
3.      Tes hidrosilat dengan pereaksi Benedict, Seliwanoff dan Barfoed.
f)       Tes Pati dengan Iodium
1.      Isi tabung rekasi masing-masing dengan 3 ml larutan 1% pati.
2.      Tambahkan 2 tetes air ke dalam tabung pertama.
3.      Tambahkan 2 tetes HCl 6 N ke dalam tabung kedua.
4.      Tambahkan 2 tetes larutan NaOH 6 N ke dalam tabung ketiga.
5.      Ke dalam masing-masing tabung tambahkan 1 tetes 0,01 M larutan iodium. Amati perubahan warna. Panaskan tabung yang berwarna biru, dinginkan perlahan-lahan, lalu amati perubahan warna yang terjadi.
D.    HASIL

a)      Hasil berupa tabel
No
Macam Uji
Bahan
Hasil
Warna/Tanda
1
Uji Mollisch
Arabinosa
Positif
Ungu


Sukrosa
Negatif
Biru, ada endapan


Maltosa
Negatif
Biru


Glukosa
Negatif
Biru
2
Uji Benedict
Fruktosa
Positif
Merah bata


Sukrosa
Positif
Biru


Maltosa
Positif
Merah bata


Glukosa
Positif
Merah bata


Galaktosa
Positif
Merah bata


Amilum (pati)
Positif
Biru
3
Uji Barfoed
Glukosa
Positif
Biru, ada endapan merah


Fruktosa
Positif
Biru, ada endapan merah


Laktosa
Negatif
Biru


Maltosa
Negatif
Biru


Sukrosa
Positif
Biru, ada endapan merah
4
Uji Seliwanoff
Fruktosa
Positif
Merah kecoklatan


Glukosa
Positif
Merah kecoklatan


Sukrosa
Negatif
Tidak ada perubahan
5
Hidrolisa Sukrosa
Benedict
Positif
Endapan merah bata


Seliwanoff
Positif
Larutan jingga


Barfoed
Positif
Endapan merah bata
6
Pati + Iodium
Air
Positif
Biru


HCl
Positif
Biru


NaOH
Negatif
Bening

b)      Hasil berupa foto
                        Uji Barfoed
   
                                         Tes Pati + Iodium

   
Hidrolisa Mentega
                        Hidrolisa sukrosa

E.     PEMBAHASAN

1.      Uji Mollisch
Uji Molish ini dilakukan untuk menguji ada/tidaknya kandungan karbohidratdalam suatu bahan makanan. Suatu bahan makanan yang diuji dikatakanmengandung/termasuk karbohidrat jika uji menandakan positif yaitu denganterlihatnya cincin ungu pada larutan sampel yang telah ditetesi molish
– Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat.
– Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan   dehidrasi pentosa menghasilkan senyawa fulfural.
– Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan alpha-naftol dalam pereaksi molish.
2.      Uji Benedict
Uji benedict dilakukan untuk mengidentifikasi karbohidrat mana yangmengandung gula pereduksi dan non pereduksi. Uji positif yang terjadi pada uji iniditandai dengan adanya endapan merah bata pada hasil percobaan. Pada pereaksi benedict mengandung cuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitarat. Pereaksi inidapat direduksi oleh karbohidrat pereduksi yang mempunyai gugus aldehida dan keton bebas membentuk endapan merah bata dari kuprooksida.

– Merupakan uji umum untuk karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas
– Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis
– biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3
– uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau merah bata serta adanya endapan.

3.      Uji Barfoed

– Digunakan untuk menunjukkan adanya monosakarida dalam sampel
– Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah orange

4.      Uji Seliwanoff
– Merupakan uji spesifik untuk karbohidrat yang mengandung gugus keton atau disebut juga ketosa
– Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna merah pada larutannya.

5.  Hidrolisa Sukrosa
Berdasarkan percobaan diatas, sukrosa terhidrolisis oleh asam dan pemanasan yang akan menghasilkan dua jenis monosakarida, yaitu glukosa dan fruktosa yang ditandai dengan uji Benedict, Seliwanoff, dan Barfoed yang menghasilkan hasil positif/(+). Uji Benedict disini berfungsi untuk mengetahui salah satu sifat glukosa yaitu sebagai gula pereduksi. Uji Seliwanoff berfungsi untuk mengetahui fruktosa yang mempunyai gugus fungsi keton, pereaksi ini khas untuk menunjukkan adanya ketosa. Sedangkan uji Barfoed berfungsi untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida, pereaksi ini memberikan hasil positif/(+) pada monosakarida.
6.  Pati + Iodium
            Berdasarkan hasil pengamatan dari percobaab Tes Iodium, dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan warna pada tes iod, disebabkan karena adanya hasil ikatan kompleks anatara amilum dengan Iodium. Jadi semua bahan makanan yang mengandung karbohidrat/amilum akan berubah warna jika direaksikan dengan Iodium baik itu berwarna biru, maupun warna yang lain seperti merah bata.

F.      KESIMPULAN

Pada percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa :
-          Pada percobaan Uji Molisch, yang positif mengandung karbohidrat adalah Arabinosa yang ditandai dengan warna ungu. Sedangkan yang negatif menganfung karbohidrat adalah Sukrosa, Glukosa dan Maltosa yang ditandai dengan warna biru.
-          Pada percobaan Uji Benedict, semua bahan positif mengandung karbohidrat.
-          Pada percobaan Uji Barfoed, yang positif mengandung karbohidrat adalah Glukosa, Fruktosa dan Galaktosa dengan ditandai warna biru ada endapan merah. Sedangkan yang negatif mengandung karbohidrat adalah Maltosa dan Laktosa dengan ditandai warna biru tanpa endapan.
-          Pada percobaan Uji Seliwanoff yang positif mengandung karbohidrat adalah Fruktosa dan Sukrosa dengan ditandai warna merah kecoklatan. Sedangkan yang negatif mengandung karbohidrat adalah Glukosa karena tidak ada perubahan.
-          Pada percobaan Hidrolisa Sukrosa semua bahan positif mengandung karbohidrat dengan ditandai dengan endapan merah bata/ warna jingga.
-          Pada percobaan Pati + Iodium yang positif mengandung karbohidrat adalah air dan dan HCl dengan ditandai dengan warna biru. Sedangkan yang negatif mengandung karboidrat adalah pada NaOH yang ditandai dengan warna bening.














BAB PROTEIN
A.    DASAR TEORI
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula phosphor dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga.
Protein dalam bahan makanan sangat penting dalam proses kehidupan organisme seperti hewan dan manusia. Protein alamiah mula-mula dibentuk dari unit asam-asam amino oleh organisme tumbuh-tumbuhan dan mikroorganisme dari unsur-unsur anorganik C, H, O, N dan S yang ada didalam tanah atau udara. Oleh sebab itu protein yang ada dalam bahan makanan sangat penting bahkan vital bagi manusia.
Pada organisme yang sedang tumbuh, protein sangat penting dalam pembentukan sel-sel baru. Karena itu organisme yang kekurangan protein dalam bahan makanannya mudah mengalami hambatan pertumbuhan. Perlu diperhatikan bahwa didalam bahan makanan banyak terdapat berbagai jenis protein, tetapi tidak semua protein mempunyai mutu yang sama, sehingga perlu diperhatikan protein yang bernilai tinggi gizinya dan memberi manfaat yang besar bagi tubuh.
Protein merupakan suatu polipeptida dengan BM yang sangat bervariasi dari 5000 sampai lebih dari satu juta karena molekul protein yang besar, protein sangat mudah mengalami perubahan fisis dan aktivitas biologisnya. Banyak agensia yang menyebabkan perubahan sifat alamiah dari protein seperti panas, asam, basa, solven organik, garam, logam berat, radiasi sinar radioaktif (Sudarmadji, 1996).

1)      Uji Millon
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna (Jalip, 2008).

2)  Uji Ninhidrin
Ninhidrin beraksi dengan asam amino bebas da protein menghasilkan warna biru. Reaksi ini termasuk yang paling umum dilakukan untuk analisis kualitatif protein dan produk hasil hidrolisisnya. Reaksi ninhidrin dapat pula dilakukan terhadap urin untuk mengetahui adanya asam amino atau untuk mengetahui adanya pelepasan protein oleh cairan tubuh (Santoso, 2008).
3)      Uji Biuret
Buiret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatn peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida. Semua asam amino, atau peptida yang mengandung asam-α amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru-ungu. Namun, prolin dan hidroksiprolin menghasilkan senyawa berwarna kuning (Sudarmaji, 1989).
4) Titik Isoelektrik Protein
Titik Isoelektrik adalah derajat keasaman atau pH ketika suatu makromolekul bermuatan nol akibat bertambahnya proton atau kehilangan muatan oleh reaksi asam-basa. Pada koloid, jika pH sama dengan titik isoelektrik, maka sebagian atau semua muatan pada partikelnya akan hilang selama proses ionisasi terjadi. Jika pH berada pada kondisi di bawah titik isoelektrik, maka matan partikel koloid akan bermuatan positif. Sebaliknya jika pH berada di atas titik isoelektrik maka muatan koloid akan berubah menjadi netral atau bahkan menjadi negatif.
Titik  isoelektrik dapat  ditentukan  berdasar  kekeruhan  dan  endapan  karena  pada titik  dekat isoelektrik akan terjadi gaya tolak-menolak  elektrostatik  yang menyebabkan kelarutan minimum, sehingga terjadi kekeruhan. Setiap jenis protein memiliki titik isoelektrik yang berbeda-beda. Pada titik isolistrik protein mempunyai muatan positif dan negatif yang sama, sehingga tidak bergerak ke arah elektroda positif maupun negatif apabila ditempatkan di antara kedua elektroda tersebut. Protein mempunyai titik isolistrik yang berbeda-beda. Titik isolistrik protein mempunyai arti penting karena pada umumnya sifat fisika dan kimia erat hubungannya dengan pH isolistrik ini. Pada pH di atas titik isolistrik protein bermuatan negatif, sedangkan di bawah titik isolistrik, protein bermuatan positif.


B.     TUJUAN
Mengetahui senyawa-senyawa protein dengan uji-uji protein

C.     LANGKAH KERJA
a)      Uji Millon
1.      Taruh sedikit serbuk albumin diatas keeping tetes, tambahkan beberapa tetes reagen Millon, aduk baik-baik. Biarkan beberapa lama dan perhatikan warna merah yang terjadi. Ulangi percobaan ini dengan serbuk kasein dan gelatin.
2.      Ke dalam 2 ml larutan 2% albumin dalam tabung reaksi tambahkan beberapa tetes pereaksi Millon, lalu aduk dengan baik hingga terbentuk endapan putih. Panaskan hati-hati hingga mulai timbul warna merah yang berarti reaksi Millon positif. Ulangi percobaan ini untuk larutan kasein dan gelatin.
3.      Ke dalam 2 ml larutan 2 % fenol tambahkan beberapan tetes peraksi Millon kemudian panaskan hati-hati dan amati hasilnya.

b)      Uji Ninhidrin
1.      Ke dalam 0,1 M larutan 2 % albumin tambahkan 1 ml 0,1 N larutan Buffer asam asetat pH 5 dan kemudian tambahkan 20 tetes larutan ninhidrin dalam aseton.
2.      Panaskan campuran tersebut diatas dalam penangas air mendidih selama beberapa menit, perhatikan warna yang terjadi.
c)      Uji Biuret
1.      Ke dalam tabung reaksi tambahkan 1 ml 2% albumin dan 1 ml 10% NaOH, aduk kuat-kuat. Tambahkan 1 tetes 0,1% CuSO4, aduk baik-baik. Jika timbul warna tambahkan lagi beberapa tetes CuSO4 sampai terbentuk warna ungu.
2.      Ke dalam tabung reaksi masukkan urea sedikit dan panaskan hingga melebur. Dinginkan dan perhatikan baunya. Larutkan urea yang telah dingin tersebut di atas dengan air, kemudian lakukan reaksi biuret seperti cara 1.
d)     Titik Isoelektrik Protein
1.      Ke dalam 5 tabung reaksi masing-masing tambahkan 5 ml larutan 0,5% kasein. Selanjutnya pada kelima tabung tersebut tambahkan masing-masing buffer asetat pH 6.0, 5.3, 5.0, 4.1 dan 3.8
2.      Kocok campuran baik-baik serta catat derajat kekeruhan setelah: 0 menit, 10 menit dan 30 menit.
3.      Setelah 30 menit kelima tabung diatas dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 30 menit. Pembentukkan endapan/kekeruhan paling cepat terjadi dekat titik isoelektrik larutan protein.
D.    HASIL
a)      Hasil berupa tabel
No
Macam Uji
Bahan
Hasil
Warna/tanda
1
Uji Millon
S. Albumin + Millon
Negatif
Kuning


S. Kasein + Millon
Negatif
Kuning


S. Gelatin + Millon
Negatif
Kuning


Lar. Albumin + Millon
Negatif
Kuning


Lar. Kasein + Millon
Negatif
Putih


Lar. Gelatin + Millon
Positif
Merah


Lar. Fenol + Millon
Positif
Merah
2
Uji Ninhidrin
Aseton
Positif
Ungu
3
Uji Biuret
Albumin + NaOH + CuSO4
Positif
Ungu + ada endapan
4
Titik Isoelektrik Protein
pH 6.0
Positif
Menjadi keruh,tidak ada endapan


pH 5.3
Positif
Menjadi keruh,tidak ada endapan


pH 5.0
Positif
Menjadi keruh,tidak ada endapan


pH 4.1
Positif
Menjadi keruh,tidak ada endapan


pH 3.8
Positif
Menjadi keruh,tidak ada endapan

b)      Hasil berupa foto
                              Uji Millon
                  Titik isoelektrik protein

E.     PEMBAHASAN

1. Uji Millon

Prinsip dari uji Millon adalah pembentukan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi dan menunjukkan reaksi positif yang ditandai dengan terbentuknya warna merah. Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa semua serbuk pada percobaan 1 menunjukkan hasil yang negatif. Sedangkan pada larutan percobaan ke-2 kasein yang menunjukkan negatif sisanya positif. Seharusnya albumin, kasein , dan fenol hasil ujinya positif karena mengandung Tirosin sebagai salah asam amino penyusunnya, sedangkan gelatin dan pepton tidak mengandung tirosin. Uji Millon pada praktikum ini berlainan dengan literatur.

2. Uji Ninhidrin

Reaksi Ninhidrin digunakan sebagai uji umum protein. Pemanasan dengan Ninhidrin menghasilkan produk berwarna ungu pada semua asam amino yang mempunyai gugus L α-amino bebas, sedangkan produk yang dihasilkan oleh prolin dan hidroksiprolin berwarna kuning. 
Adapun fungsi dari pereaksi Ninhidrin pada uji ini ialah sebagai oksidator yang mereduksi asam amino sehingga menghasilkan senyawa kompleks berwarna biru. Sebelum menghasilkan senyawa berwarna biru, dihasilkan dulu hasil antara yakni hidridantin. Setelah mengalami oksidasi, gugus –COOH (karboksil) dan –NH2 (amina) terpecah menghasilkan NH3 dan asam karboksilat. Dengan pemanasan, Ninhidrin ditambah hidridantin menghasilkan warna biru, dan ada juga yang lepas yaitu asam karboksilat dan CO2.

3. Uji Biuret

Uji biuret ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan adanya senyawa – senyawa yang mengandung gugus amida asam. Reaksi biuret merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui ikatan peptida. Reaksi ini positif (berwarna ungu) untuk zat yang mengandung 2 atau lebih ikatan peptida.
Reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptida (-CO-NH-) dan protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida. Banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan peptida mempengaruhi warna reaksi ini. Senyawa dengan dipeptida memberikan warna biru, tripeptida ungu dan tetrapeptida serta peptida kompleks memberikan warna merah. Biuret dihasilkan dengan memanaskan urea kira-kira pada suhu 180oC dalam larutan basa. Biuret memberikan warna violet dengan CuSO4. Reaksi ini disebut dengan reaksi biuret, kemungkinan terbentuknya Cu2+ dengan gugus CO dan –NH dari rantai peptida dalam suasana basa. Dipeptida dan asam-asam amino (kecuali histidina, serina dan treonina) tidak memberikan uji ini. Beberapa protein yang mempunyai gugus –CS-NH-, -CH-NH- dalam molekulnya juga memberikan tes warna positif dengan biuret.

4. Titik Isoelektrik Protein
Pemanasan akan membuat protein bahan terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida. Proses ini biasanya berlangsung pada kisaran suhu yang sempit.
Seperti asam amino, protein yang larut dalam air akan membentuk ion yang mempunyai muatan positif dan negatif. Dalam suasana asam molekul protein akan membentuk ion positif, sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negatif. Pada titik isolistrik protein mempunyai muatan positif dan negatif yang sama, sehingga tidak bergerak ke arah elektroda positif maupun negatif apabila ditempatkan di antara kedua elektroda tersebut. Protein mempunyai titik isolistrik yang berbeda-beda. Titik isolistrik protein mempunyai arti penting karena pada umumnya sifat fisika dan kimia erat hubungannya dengan pH isolistrik ini. Pada pH di atas titik isolistrik protein bermuatan negatif, sedangkan di bawah titik isolistrik, protein bermuatan positif. Titik isolistrik pada albumin adalah pada pH 4,55-4,90.

F.      KESIMPULAN
Pada Uji Millon, bahan yang menggunakan serbuk albumin, gelatin dan kasein menunjukan hasil negatif. Sedangkan pada bahan yang menggunakan larutan albumin dan kasein negatif, gelatin dan fenol positif.
Pada Uji Ninhidrin menunjukkan hasil positif dengan munculnya warna ungu.
Pada Uji Biuret menunjukan hasil positif dengan munculnya warna ungu dan ada endapan.
Pada Uji Titik Isoelektrik Protein menunjukan hasil positif dengan berubah menjadi keruh.



















BAB LIPID
A.    DASAR TEORI

Lemak (Lipid) adalah zat organik hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam air.Namun lemak dapat larut dalam pelarut organik seperti kloroform,eter dan benzen.
Berdasarkan komposisi kimianya lemak terbagi atas tiga,yaitu:

1.      Lemak Sederhana

Lemak sederhana tersusun oleh trigliserida, yang terdiri dari satu gliserol dan tiga asam lemak.Contohsenyawa lemak sederhana adalah lilin(wax) malam atau plastisin(lemak sederhana yang padat pada suhu kamar),dan minyak(lemak sederhana yang cair pada suhu kamar).

2.      Lemak Campuran

Lemak Campuran merupakan gabungan antara lemak dengan senyawa bukan lemak. Contoh lemak campuran adalah lipoprotein (gabungan antara lipid dan dengan protein),Fosfolipid(gabungan antara lipid dan fosfat), serta fosfatidilkolin (yang merupakan gabungan antara lipid,fosfat dan kolin).

3.      Lemak Asli (Derivat Lemak)

Deriwat lemak merupakan senyawa yang dihasilkan dari proses hidrolisis lipid.misalnya kolesterol dan asam lemak.Berdasarkan ikatan kimianya asam lemak dibedakan menjadi 2,yaitu:
·         Asam lemak Jenuh,bersifat non-esensial karena dapat disintesis oleh tubuh dan pada umumnya berwujud padat pada suhu kamar.Asam lemak jenuh berasal dari lemak hewani,misalnya mentega.
·         Asam lemak tidak jenuh, bersifat esensial karena tidak dapat disintesis oleh tubuh dan umunya berwujud cair pada suhu kamar.Asam Lema tidak jenuh berasal dari lemak nabati,misalnya minyak goreng.



Beberapa uji lipid:
1.      Uji Kelarutan Lipid
Lemak dan minyak tidak larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, aseton, benzen, atau pelarut polar lainnya. Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak stabil karena dibiarkan, maka kedua cairan akan memisah menjadi dua lapisan. Sebaliknya, minyak dalam soda (Na2CO3) akan membentuk emulsi yang stabil karena asam lemak yang bebas dalam larutan lemak bereaksi dengan soda membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif permukaan, sehingga tetes-tetes minyak tersebar seluruhnya.

2.      Uji Penyabunan

Uji penyabunan untuk asam-asam lemak dilakukan dengan menambahkan 10 ml KOH alkoholis 10% atau NaOH 10 % kedalam minyak yang hendak diuji, kemudian dikocok. Pencampuran ini menghasilkan larutan berwarna kuning muda yang tidak saling campur. Setelah itu minyak dan KOH alkoholisis 10% dipanaskan diatas penangas air. Pada proses pemanasan ini minyak dapat larut dalam KOH alkoholisis dan larutan berwarna kuning muda.
Reaksi di atas dikenal dengan reaksi penyabunan (saponifikasi). Reaksi ini bertujuan untuk pengambilan asam-asam lemak dari minyak, sehingga dihasilkan campuran sabun dan gliserol yang mudah larut dalam air dan alkohol. Pada pengambilan asam lemak ini, minyak dihidrolisis dengan larutan alkali yaitu KOH (Kalium hidrosida) atau NaOH (Natrium hidroksida). 
Proses hidrolisis yang menggunakan basa disebut proses penyabunan. Jumlahmol basa yang digunakan dalam proses penyabunan ini tergantung pada jumlah molasam lemak.Untuk lemak dengan berat tertentu,jumlah mol asam lemak tergantungpada panjang rantai karbon pada asam lemak tersebut. Apabila rantai karbon itupendek,maka jumlah mol asam lemak besar,sebaliknya apabila rantai karbon itupanjang,jumlah mol asam lemak kecil. Jumlah miligram KOH yang diperlukan untukmenyabunkan 1gram lemak disebut bilanganpenyabunan. Jadi besar atau kecilnya bilangan penyabunan ini tergantungpada panjang atau pendeknya rantai karbon asam lemak atau dapat dikatakan jugabahwa besarnya bilangan penyabunan tergantung pada berat molekul lemaktersebut. Makin kecil berat molekul lemak,makain besar bilangan penyabunannya. 

3.      Uji Akrolein

Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji akrolein. Dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam lemak/minyak menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein. Menurut Scy Tech Encyclopedia (2008), uji akrolein digunakan untuk menguji keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak dipanaskan setelah ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih.

4.      Uji Lieberman-Burchad

Uji Lieberman Buchard merupakan uji kuantitatif untuk kolesterol. Prinsip uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan asam sulfat ke dalam campuran. Sebanyak 10 tetes asam asetat dilarutkan ke dalam larutan kolesterol dan kloroform (dari percobaan Salkowski). Setelah itu, asam sulfat pekat ditambahkan.Tabung dikocok perlahan dan dibiarkan beberapa menit. Mekanisme yang terjadi dalam uji ini adalah ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3 kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi menjadi polimer yangmengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini menandakan hasil yang positif (WikiAnswers 2008). Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari terbentuknya warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi hijau tua. 

B.     TUJUAN
Mengetahui senyawa-senyawa lipid dengan uji-uji lipid

C.     LANGKAH KERJA
a)      Uji Kelarutan
1.      Sediakan 4 tabung reaksi dan tambahkan ke dalamnya:
Tabung 1         : tambahkan 2 ml air.
Tabung 2         : tambahkan 2 ml alkohol dingin
Tabung 3         : tambahkan 2 ml alkohol panas
Tabung 4         : tambahkan 2 ml kloroform
Kemudian masukkan ke dalam tiap tabung 0,2 ml minyak goreng, kocok hati-hati
2.      Ambil 2-3 tetes dari masing-masing tabung di atas dan teteskan pada kertas saring, noda yang tertinggal pada kertas saring keringkan. Adanya noda yang tertinggal pada kertas saring menunjukkan lemak/lipid yang larut dalam pelarut.
b)      Hidrolisa Mentega
1.      Masukkan 5 gram mentega ke dalam beaker glass kecil lalu tambahkan 35 ml larutan NaOH alkoholis (20% NaOH dalam 40% etil alkohol), tutup dengan laca arloji dan panaskan di atas air mendidih sampai penyabunan sempurna. Kesempurnaan penyabunan dapat diuji dengan mengambil beberapa tetes hasil penyabunan, kemudian masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi air. Bila penyabunan telah sempurna akan diperoleh larutan jernih tanpa tetes minyak pada permukaan.
2.      Setelah penyabunan sempurna lalu ditambahkan 10 ml air dan pindahkan ke dalam beaker glass 250 ml. Panaskan diatas penangas air mendidih sampai semua alkohol keluar menguap (tidak tercium bau alkohol).
3.      Ambil 1 ml larutan sabun tahap 2, masukkan ke dalam tabung reaksi, kocok dan perhatikan pembentukkan busa. Lalu tambahkan 1 ml air dan 0,5 ml 0,1 N CaCl2. Perhatikan apakah terjadi endapan? Jelaskan!
4.      Ambil 1 ml larutan sabun tahap 2, masukkan ke dalam tabung reaksi, lalu tambahkan 1 ml air dan NaCl padatan hingga jenuh. Apa yang terjadi dan jelaskan peristiwa ini
5.      Ambil 5 ml larutan sabun tahap 2, masukkan 2 N H2SO4 (periksa dengan lakmus) hingga asam. Perhatikan pembentukan bau asam butirat dan asam lemak lainnya yang mudah menguap.
6.      Pindahkan lapisan lemak yang ada di permukaan denga pipet ke dalam tabung reaksi, panaskan hingga asamnya hilang, lalu dinginkan. Periksa dengan uji akrolein.
c)      Uji Akrolein
1.      Sediakan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu ke dalam masing-masing tabung masukkan 10 tetes olive oil, gliserol atau asam palmitat.
2.      Ke dalam masing-masing tabung tambahkan sejumlah volume yang sama KHSO4, lalu dipanaskan pelan-pelan langsung di atas api. Perhatikan bau akrolein yang menusuk hidung.
d)     Uji Lieberman-Burchad untuk kolesterol
1.      Sedikit kolesterol larutkan dalam kloroform sampai larut seluruhnya.
2.      Tambahkan 10 tetes asam asetat anhidrid dan 2 tetes asam sulfat pekat, kocok perlahan-lahan dan biarkan beberapa menit. Perhatikan perubahan warna.
D.    HASIL
a)      Hasil berupa tabel
No
Macam Uji
Bahan
Hasil
Warna/tanda
1
Uji kelarutan
Air
Tidak larut
Keruh, ada endapan


Alkohol dingin
Tidak larut
Ada gumpalan


Alkohol panas
Terlarut
Bercampur


Kloroform
Terlarut
Warna kuning
2
Hidrolisa Mentega
Mentega
Positif
Ada endapan
3
Uji Akrolein
Olive oil
Positif
Bau menyengat


Gliserol
Positif
Bau menyengat


Palmitat
Positif
Bau menyengat
4
Uji Lieberman-Burchad
Kolesterol
Positif
Warna hijau







b)      Hasil berupa foto
 
                  Hidrolisa Mentega                              Uji Akrolein


E.     PEMBAHASAN

1. Uji Kelarutan
Pada percobaan ini, semua bahan diuji secara organoleptis yaitu uji yang meliputi panca indera, dalam hal ini adalah penglihatan. Pada uji kelarutan minyak di tabung reaksi 1 antara minyak kelapa dengan aquades, saat minyak kelapa ditambahkan sebanyak 2 tetes pada aquades, minyak tidak dapat larut dengan baik dan antara minyak kelapa dan aquades terpisah karna air adalah senyawa polar, sementara minyak adalah senyawa non polar, warnanya pun keruh dan ada endapan minyak di permukaan.
Sedangkan pada uji kelarutan minyak di tabung reaksi 2 antara minyak kelapa dengan alkohol dingin, saat minyak kelapa ditambahkan sebanyak 2 tetes pada alkohol, tidak terjadi kelarutan sempurna dibuktikan dengan terlihatnya larutan yang koloid dan membentuk koloid dan membentuk gumpalan terlihat ada pemisahan dan warnanya yang cerah . Hal ini dikarenakan etanol merupakan zat pelarut yang baik. alasan selanjutnya terlihat dari rumus kimianya terdapat dua gugus alkil (etil alkohol) sehingga apa bila terjadi reaksi gugus alkil yang paling luar lebih mudah untuk lepas sehingga terjadilah ikatan kimia.
Sedangkan pada uji kelarutan minyak di tabung reaksi 3 antara minyak kelapa dengan alkohol panas,saat minyak kelapa ditambahkan 2 tetes pada alkohol panas, minyak dapat larut dengan baik dan dapat bercampur dengan sempurna dan karena kedua larutan ini dapat berikatan dengan gaya vanderwalls dan kedua larutan sama-sama bersifat polar.
Dan pada uji kelarutan minyak di tabung reaksi 4 antara minyak kelapa dengan kloroform, saat minyak kelapa ditambahkan 2 tetes pada kloroform, minyak dapat larut dengan baik dan warna yang terbentuk adalah kuning.
2. Hidrolisa Mentega
Pada percobaan hidrolisis mentega, digunakan NaOH untuk menghidrolisis mentega dalam pelarut alkohol. Alkohol disini berfungsi untuk mempercepat reaksi hidrolisis. Rekasi positif ditandai dengan munculnya busa dan lama kelamaan alkohol akan menguap. Untuk menyempurnakan rekasi hidrolisis, maka dilakukan pemanasan +15 menit sampai busa (sabun) yang terbentuk larut semuanya. Adapun hasil yang diperoleh ialah penambahan CaCl2 pada larutan sabun tidak membentuk endapan.

3. Uji Akrolein
Bahan yang diujinya adalah olive oil, gliserol dan asam palmitat. Pertama-tama, pada masing-masing tabung reaksi dimasukan 10 tetes olive oil, gliserol dan asam palmitat. Kemudian pada masing-masing tabung ditambahkan KHSO4, lalu dipanaskan pelan-pelan diatas api dan diperhatikan bau akrolein yang menusuk hidung. Ternyata didapatkan hasil bahwa olive oil mengeluarkan bau yang lebih menyengat dibandingkan gliserol. Sedangkan asam palmitat tidak tercium bau akrolein.
Pada uji ini, penambahan KHSO4 berfungsi sebagai katalisator pembentukan gliserol pada sampel yang mengandung gliserol, dan KHSO4 ini tidak ikut bereaksi karena tidak larut dalam larutan sampel, tetapi hanya berfungsi sebagai katalisator. Pada uji ini seharusnya yang mengeluarkan bau akrolein yang lebih menyengat adalah gliserol, bukan olive oil. Bau yang sangat menyengat yang dikeluarkan olive oil terjadi karena pemanasan terlalu lama, sehingga menyebabkan bau yang begitu menyengat. Yang akan bereaksi dengan uji ini adalah gliserolnya bukan asam lemaknya, sehingga seharusnya gliserol yang mengeluarkan bau akrolein yang lebih menyengat dibandingkan olive oil.
Pembentukan akrolein ini terjadi karena dehidrasi gliserol dalam minyak/lemak yang menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein.
Sedangkan pada asam palmitat tidak menimbulkan bau, karena tidak mengandung flatogliserol dan tidak terbentuk trigliserida sehingga akrolein tidak terbentuk.

4. Uji Lieberman-Burchad
Yang terakhir adalah uji lieberman-burchard. Yaitu uji untuk kolesterol, bahan yang diujinya adalah kolesterol (minyak). Pertama-tama minyak dilarutkan dalam kloroform sampai larut semuanya, kemudian ditambahkan 10 tetes asam asetat dengan 2 tetes asam sulfat pekat. Lalu dikocok perlahan-lahan, didiamkan beberapa menit dan diperhatikan perubahan warna yang terjadi. Ternyata didapatkan hasil bahwa minyak menghasilkan warna hijau yang lebih pekat dibandingkan dengan kaldu. Ini berarti kandungan kolesterol pada minyak goreng lebih banyak dibandingkan pada kaldu. Karena warna hijau yang terjadi ini sebanding dengan konsentrasi kolesterol.
Penambahan kloroform berfungsi untuk melarutkan kolesterol yang terkandung di dalam sampel. Fungsi dari kloroform adalah untuk melarutkan lemak. Karena sifat dari lemak adalah nonpolar dan kloroform juga bersifat nonpolar.kemudian pada penambahan asam asetat adalah untuk membentuk turunan asetil dari steroid yang akan membentuk turunan asetil yang akan beraksi dengan asam sulfat pekat membentuk larutan warna. Penambahan H2SO4 ini berfungsi untuk memutuskan ikatan ester pada lemak. Warna hijau ini disebabkan karena adanya gugus hidroksi (-OH) dari kolesterol yang bereaksi dengan perekasi lieberman-burchard.


F.      KESIMPULAN
Pada uji kelarutan, bahan campuran air dan alkohol dingin menghasilkan hasil yang positif, sedangkan pada bahan campuran alkohol panas dan kloroform menghasilkan hasil yang negatif.
Pada hidrolisa mentega, menghasilkan hasil yang positif dengan ditandai ada endapan.
Pada uji akrolein, ketiga bahan menghasilkan hasil yang positif dengan ditandai dengan bau yang menyengat.
Pada uji lieberman-burchadmenghasilkan hasil yang positif dengan ditandai dengan warna hijau.

















DAFTAR PUSTAKA

Ø  http://ayuandriani-elfouz.blogspot.co.id/2012/11/teori-protein.html
Ø  https://rahayuasih.wordpress.com/2012/02/22/uji-protein/
Ø  http://pelatihanguru.net/titik-isoelektrik-dan-pengaruh-titik-isoelektrik-terhadap-protein
Ø  https://claudyalembong.wordpress.com/2014/03/06/pengujian-lemakproteindan-karbohidrat/
Ø  http://www.softilmu.com/2013/07/pengertian-dan-fungsi-lemak.html
Ø  http://lipidkita.blogspot.co.id/
Ø  http://kimiadasar.com/uji-karbohidrat/
Ø  http://puspa.larasati08.student.ipb.ac.id/2011/03/04/amino-dan-protein/
Ø  http://hana-aaoo.blogspot.co.id/2014/03/protein-laboratorium-biokimia-2013.html
Ø  https://vinaoktap2015.wordpress.com/2015/08/03/uji-proteinuji-biuret/
Ø  http://niamts.blogspot.co.id/2013/06/sifat-kimia-protein-laporan-praktikum.html
Ø  https://puputroselita.wordpress.com/tag/uji-lipid-pada-minyak-kelapa-margarin-dan-mentega/
Ø  http://rdsusisulistyansari.blogspot.co.id/2015/02/biokimia-lipid.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar