BAB
KARBOHIDRAT
A.
DASAR TEORI
Karbohidrat adalah sumber energi
utama bagi kita. Kentang, roti, pasta dan beras kaya akan karbohidrat.
Karbohidrat didefinisikan sebagai suatu aldehida atau keton polihidroksi.
Karbohidrat dapat disederhanakan menjadi tiga kelas, yaitu:
1.
Monosakarida
adalah satu unit “gula”. Monosakarida tidak dapat dipecah menjadi unit gula
sederhana. Monosakarida biasanya putih, padatan larut dalam air. Yang paling
umum adalah monosakarida terdiri dari enam atom karbon. Glukosa dan fruktosa
adalah monosakarida yang umum ditemukan pada jus buah, madu dll. Monosakarida
dapat lebih lanjut diklasifikasikan sebagai:
a.
Aldoses –
ini mengandung aldehid (-CHO) kelompok fungsional.
b.
Ketoses –
ini mengandung keton (C = O) kelompok fungsional.
Monosakarida juga diklasifikasikan
berdasarkan jumlah atom karbon. Sebuah enam karbon monosakarida dikenal sebagai
heksosa suatu, sebuah monosakarida lima karbon adalah dikenal sebagai pentosa
dan sebagainya. Sebuah monosakarida yang mengandung enam atom karbon dan kelompok
fungsional aldehida dikenal sebagai suatu aldohexose. Glukosa adalah suatu
aldohexose, fruktosa adalah suatu ketohexose (Nurhalim. 2009).
Monosakarida diklasifikasikan
berdasarkan reaktivitas kimia mereka. Gula yang bereaksi dengan agen oksidasi
ringan seperti ion Cu2+dikenal sebagai gula pereduksi. Semua aldoses dan
ketoses merupakan gula pereduksi.
2. Disakarida mengandung dua unit
monosakarida bergabung bersama-sama oleh ikatan glikosida. Maltosa ditemukan
dalam biji-bijian berkecambah dan terdiri dari unit glukosa dihubungkan
bersama-sama. Laktosa ditemukan dalam susu dan terdiri dari glukosa dan
galaktosa unit terkait bersama-sama. Sukrosa ditemukan dalam tebu dan terdiri
dari glukosa dan fruktosa.
Monosakarida + Monosakarida→
disakarida + H2O
3. Polisakarida mengandung banyak unit
monosakarida terkait bersama-sama. Pati ditemukan dalam biji-bijian, glikogen
ditemukan dalam otot dan selulosa ditemukan dalam tanaman, kapas dan kertas.
Semua terbuat dari molekul glukosa terhubung dalam susunan yang berbeda
(Nurhalim. 2009).
Ada beberapa metode uji kualitatif
karbohidrat, yaitu:
1.
Uji Molisch
Adalah uji untuk membuktikan adanya
karbohidrat. Uji ini efektif untuk berbagai senyawa yang dapat di dehidrasi
menjadi furfural atau substitusi furfural oleh asam sulfat pekat. Senyawa
furfural akan membentuk kompleks dengan α-naftol yang dikandung pereaksi
Molisch dengan memberikan warna ungu pada larutan.
2. Uji Benedict
Adalah uji untuk membuktikan adanya
gula pereduksi. Gula pereduksi adalah gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan
bisa diurai menjadi sedikitnya dua buah monosakarida. Karateristiknya tidak
bisa larut atau bereaksi secara langsung dengan Benedict, contohnya semua
golongan monosakarida, sedangkan gula non pereduksi struktur gulanya berbentuk
siklik yang berarti bahwa hemiasetal dan hemiketalnya tidak berada dalam
kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan sukrosa. Dengan prinsip berdasarkan
reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah
bata. Untuk menghindari pengendapan cuco3 pada larutan natrium karbonat (reagen
Benedict), maka ditambahkan asam sitrat. Larutan tembaga alkalis dapat
direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau monoketon bebas,
sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton bebas tidak dapat
mereduksi larutan Benedict (Zulfikar, A. 2010).
3. Uji Barfoed
Adalah uji untuk membedakan
monosakarida dan disakarida dengan mengontrol kondisi pH serta waktu pemanasan.
Prinsipnya berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+. Reagen Barfoed mengandung
senyawa tembaga asetat.
4. Uji Seliwanoff
Prinsipnya berdasarkan konversi
fruktosa menjadi asam levulinat dan hidroksimetil furfural oleh asam
hidroklorida panas dan terjadi kondensasi hidroksimetilfurfural dengan
resorsinol yang menghasilkan senyawa berwarna merah, reaksi ini spesifik untuk
ketosa. Sukrosa yang mudah dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa akan
memberikan reaksi positif dengan uji seliwanoff yang akan memberikan warna
jingga pada larutan.
5. Uji Hidrolisis Pati
Pati dan iodium membentuk ikatan
kompleks berwarna biru. Pati dalam suasana asam bila dipanaskan dapat
terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana, hasilnya diuji dengan
iodium yang akan memberikan warna biru sampai tidak berwarna dan hasil akhir
ditegaskan dengan uji Benedict (Zulfikar, A. 2010).
B.
TUJUAN
Mengetahui
senyawa-senyawa karbohidrat dengan uji-uji karbohidrat.
C.
LANGKAH KERJA
a) Uji
Molisch
1. Tambahkan
3 tetes pereaksi Molisch ke dalam 1 ml larutan karbohidrat, kocok pelan-pelan.
2. Ke
dalam tabung tersebut di atas, tambahkan 1 ml asam sulfat pekat melalui dinding
tabung yang dimiringkan.
3. Terjadinya
warna pada bidang batas antara kedua lapisan cairan menunjukkan reaksi positif.
4. Lakukan
percobaan dari tahap 1 s/d tahap 3 masing-masing untuk larutan 1 M glukosa,
maltosa, dan arabinosa.
b) Uji
Benedict
1. Tambahkan
3 tetes larutan karbohidrat pada tabung reaksi yang telah diisi dengan 2 ml
reagen Benedict, lalu kocok. Temptakan tabung dalam penangas air mendidih
selama 5 menit, biakan dingin. Amati perubahan warna dan perhatikan apakah
terbentuk endapan.
2. Pembentukan
endapan hijau, kuning atau merah menunjukkan reaksi positif.
3. Lakukan
percobaan tahap 1 s/d 2 untuk larutan 0,1 M glukosa, galaktosa, maltosa,
sukrosa, fruktosa dan larutan 1 % pati.
4. Ulangi
percobaan tahap 1 s/d 2 untuk larutan 0,1 M glukosa yang diencerkan 2 kali, 10
kali, 50 kali dan 100 kali.
c) Uji
Barfoed
1. Tambahkan
1 ml larutan 0,1 M glukosa ke dalam tabung reaksi yang berisi 1 ml pereaksi
Barfoed. Panaskan tabung tersebut dia atas air mendidih selam 3 menit.
Dinginkan selama 2 menit pada air mengalir.
2. Bila
tidak terjadi reduksi selama 5 menit, lakukan pemanasan selama 15 menit sampai
terlihat adanya reduksi.
3. Ulangi
percobaan tahap 1 s/d 2 masing-masing untuk larutan 0,1 M fruktosa, laktosa,
maltosa dan sukrosa.
d) Uji
Seliwanoff
1. Ke
dalam tabung reaksi yang telah diisi dengan 2 ml larutan Seliwanoff tambahkan
beberapa tetes larutan 0,1 M fruktosa.
2. Taruh
tabung diatas penangas air mendidih selam 60 detik. Perhatikan perubahan warna
yang terjadi.
3. Ulangi
tahap 1 s/d 2 masing-masing untuk larutan 0,1 M glukosa dan sukrosa.
4. Terjadinya
perubahan warna merah dan endapan menunjukkan rekasi positif untuk ketosa; bila
endapan dilarutkan dalam alkohol maka akan terjadi larutan berwarna merah.
e) Hidrolisa
Sukrosa
1. Isi
tabung reaksi dengan 5 ml larutan 0,1 M sukrosa, tambahkan 1 ml HCl 10%
2. Panaskan
di dalam penangas air mendidih selama 15 menit, kemudian dinginkan
perlahan-lahan dan netralkan.
3. Tes
hidrosilat dengan pereaksi Benedict, Seliwanoff dan Barfoed.
f) Tes
Pati dengan Iodium
1. Isi
tabung rekasi masing-masing dengan 3 ml larutan 1% pati.
2. Tambahkan
2 tetes air ke dalam tabung pertama.
3. Tambahkan
2 tetes HCl 6 N ke dalam tabung kedua.
4. Tambahkan
2 tetes larutan NaOH 6 N ke dalam tabung ketiga.
5. Ke
dalam masing-masing tabung tambahkan 1 tetes 0,01 M larutan iodium. Amati
perubahan warna. Panaskan tabung yang berwarna biru, dinginkan perlahan-lahan,
lalu amati perubahan warna yang terjadi.
D.
HASIL
a) Hasil
berupa tabel
|
No
|
Macam Uji
|
Bahan
|
Hasil
|
Warna/Tanda
|
|
1
|
Uji Mollisch
|
Arabinosa
|
Positif
|
Ungu
|
|
|
|
Sukrosa
|
Negatif
|
Biru, ada
endapan
|
|
|
|
Maltosa
|
Negatif
|
Biru
|
|
|
|
Glukosa
|
Negatif
|
Biru
|
|
2
|
Uji Benedict
|
Fruktosa
|
Positif
|
Merah bata
|
|
|
|
Sukrosa
|
Positif
|
Biru
|
|
|
|
Maltosa
|
Positif
|
Merah bata
|
|
|
|
Glukosa
|
Positif
|
Merah bata
|
|
|
|
Galaktosa
|
Positif
|
Merah bata
|
|
|
|
Amilum (pati)
|
Positif
|
Biru
|
|
3
|
Uji Barfoed
|
Glukosa
|
Positif
|
Biru, ada
endapan merah
|
|
|
|
Fruktosa
|
Positif
|
Biru, ada
endapan merah
|
|
|
|
Laktosa
|
Negatif
|
Biru
|
|
|
|
Maltosa
|
Negatif
|
Biru
|
|
|
|
Sukrosa
|
Positif
|
Biru, ada
endapan merah
|
|
4
|
Uji Seliwanoff
|
Fruktosa
|
Positif
|
Merah
kecoklatan
|
|
|
|
Glukosa
|
Positif
|
Merah
kecoklatan
|
|
|
|
Sukrosa
|
Negatif
|
Tidak ada
perubahan
|
|
5
|
Hidrolisa
Sukrosa
|
Benedict
|
Positif
|
Endapan merah
bata
|
|
|
|
Seliwanoff
|
Positif
|
Larutan jingga
|
|
|
|
Barfoed
|
Positif
|
Endapan merah
bata
|
|
6
|
Pati + Iodium
|
Air
|
Positif
|
Biru
|
|
|
|
HCl
|
Positif
|
Biru
|
|
|
|
NaOH
|
Negatif
|
Bening
|
b) Hasil
berupa foto
Uji Barfoed
Tes
Pati + Iodium
Hidrolisa
Mentega
Hidrolisa sukrosa
E.
PEMBAHASAN
1. Uji
Mollisch
Uji
Molish ini dilakukan untuk menguji ada/tidaknya kandungan karbohidratdalam
suatu bahan makanan. Suatu bahan makanan yang diuji
dikatakanmengandung/termasuk karbohidrat jika uji menandakan positif yaitu
denganterlihatnya cincin ungu pada larutan sampel yang telah ditetesi molish
–
Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat.
– Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi pentosa menghasilkan senyawa fulfural.
– Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan alpha-naftol dalam pereaksi molish.
– Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi pentosa menghasilkan senyawa fulfural.
– Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan alpha-naftol dalam pereaksi molish.
2. Uji
Benedict
Uji benedict
dilakukan untuk mengidentifikasi karbohidrat mana yangmengandung gula pereduksi
dan non pereduksi. Uji positif yang terjadi pada uji iniditandai dengan adanya
endapan merah bata pada hasil percobaan. Pada
pereaksi benedict mengandung cuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitarat. Pereaksi inidapat
direduksi oleh karbohidrat pereduksi yang mempunyai gugus aldehida dan
keton bebas membentuk endapan merah bata dari kuprooksida.
– Merupakan uji umum
untuk karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas
– Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis
– biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3
– uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau merah bata serta adanya endapan.
– Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis
– biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3
– uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau merah bata serta adanya endapan.
3.
Uji
Barfoed
– Digunakan untuk
menunjukkan adanya monosakarida dalam sampel
– Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah orange
– Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah orange
4.
Uji
Seliwanoff
–
Merupakan uji spesifik untuk karbohidrat yang mengandung gugus keton atau
disebut juga ketosa
– Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna merah pada larutannya.
– Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna merah pada larutannya.
5. Hidrolisa Sukrosa
Berdasarkan percobaan diatas, sukrosa terhidrolisis oleh asam dan
pemanasan yang akan menghasilkan dua jenis monosakarida, yaitu glukosa dan
fruktosa yang ditandai dengan uji Benedict, Seliwanoff, dan Barfoed yang
menghasilkan hasil positif/(+). Uji Benedict disini berfungsi untuk mengetahui
salah satu sifat glukosa yaitu sebagai gula pereduksi. Uji Seliwanoff berfungsi
untuk mengetahui fruktosa yang mempunyai gugus fungsi keton, pereaksi ini khas
untuk menunjukkan adanya ketosa. Sedangkan uji Barfoed berfungsi untuk
membedakan antara monosakarida dan disakarida, pereaksi ini memberikan hasil
positif/(+) pada monosakarida.
6. Pati + Iodium
Berdasarkan hasil
pengamatan dari percobaab Tes Iodium, dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan
warna pada tes iod, disebabkan karena adanya hasil ikatan kompleks anatara
amilum dengan Iodium. Jadi semua bahan makanan yang mengandung
karbohidrat/amilum akan berubah warna jika direaksikan dengan Iodium baik itu
berwarna biru, maupun warna yang lain seperti merah bata.
F.
KESIMPULAN
Pada
percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa :
-
Pada percobaan Uji Molisch, yang positif
mengandung karbohidrat adalah Arabinosa yang ditandai dengan warna ungu.
Sedangkan yang negatif menganfung karbohidrat adalah Sukrosa, Glukosa dan
Maltosa yang ditandai dengan warna biru.
-
Pada percobaan Uji Benedict, semua bahan
positif mengandung karbohidrat.
-
Pada percobaan Uji Barfoed, yang positif
mengandung karbohidrat adalah Glukosa, Fruktosa dan Galaktosa dengan ditandai
warna biru ada endapan merah. Sedangkan yang negatif mengandung karbohidrat
adalah Maltosa dan Laktosa dengan ditandai warna biru tanpa endapan.
-
Pada percobaan Uji Seliwanoff yang
positif mengandung karbohidrat adalah Fruktosa dan Sukrosa dengan ditandai
warna merah kecoklatan. Sedangkan yang negatif mengandung karbohidrat adalah
Glukosa karena tidak ada perubahan.
-
Pada percobaan Hidrolisa Sukrosa semua
bahan positif mengandung karbohidrat dengan ditandai dengan endapan merah bata/
warna jingga.
-
Pada percobaan Pati + Iodium yang
positif mengandung karbohidrat adalah air dan dan HCl dengan ditandai dengan
warna biru. Sedangkan yang negatif mengandung karboidrat adalah pada NaOH yang
ditandai dengan warna bening.
BAB
PROTEIN
A.
DASAR TEORI
Protein merupakan suatu zat makanan
yang amat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan
bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein
adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan yang
tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula
phosphor dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan
tembaga.
Protein dalam bahan makanan sangat
penting dalam proses kehidupan organisme seperti hewan dan manusia. Protein
alamiah mula-mula dibentuk dari unit asam-asam amino oleh organisme
tumbuh-tumbuhan dan mikroorganisme dari unsur-unsur anorganik C, H, O, N dan S
yang ada didalam tanah atau udara. Oleh sebab itu protein yang ada dalam bahan
makanan sangat penting bahkan vital bagi manusia.
Pada organisme yang sedang tumbuh,
protein sangat penting dalam pembentukan sel-sel baru. Karena itu organisme
yang kekurangan protein dalam bahan makanannya mudah mengalami hambatan
pertumbuhan. Perlu diperhatikan bahwa didalam bahan makanan banyak terdapat
berbagai jenis protein, tetapi tidak semua protein mempunyai mutu yang sama,
sehingga perlu diperhatikan protein yang bernilai tinggi gizinya dan memberi
manfaat yang besar bagi tubuh.
Protein merupakan suatu polipeptida
dengan BM yang sangat bervariasi dari 5000 sampai lebih dari satu juta karena
molekul protein yang besar, protein sangat mudah mengalami perubahan fisis dan
aktivitas biologisnya. Banyak agensia yang menyebabkan perubahan sifat alamiah
dari protein seperti panas, asam, basa, solven organik, garam, logam berat,
radiasi sinar radioaktif (Sudarmadji, 1996).
1) Uji Millon
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna (Jalip, 2008).
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna (Jalip, 2008).
2) Uji Ninhidrin
Ninhidrin beraksi dengan asam
amino bebas da protein menghasilkan warna biru. Reaksi ini termasuk yang paling
umum dilakukan untuk analisis kualitatif protein dan produk hasil
hidrolisisnya. Reaksi ninhidrin dapat pula dilakukan terhadap urin untuk
mengetahui adanya asam amino atau untuk mengetahui adanya pelepasan protein
oleh cairan tubuh (Santoso,
2008).
3) Uji Biuret
Buiret adalah senyawa dengan dua
ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biuret dalam suasana basa
akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatn peptida yang menyusun
protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini
positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam
amino bebas atau dipeptida. Semua asam amino, atau peptida yang mengandung
asam-α amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks
berwarna biru-ungu. Namun, prolin dan hidroksiprolin menghasilkan senyawa
berwarna kuning (Sudarmaji,
1989).
4) Titik Isoelektrik
Protein
Titik Isoelektrik
adalah derajat keasaman atau pH ketika suatu makromolekul bermuatan
nol akibat bertambahnya proton atau kehilangan muatan
oleh reaksi asam-basa. Pada koloid, jika pH sama dengan titik
isoelektrik, maka sebagian atau semua muatan pada partikelnya akan hilang
selama proses ionisasi terjadi. Jika pH berada pada kondisi di bawah titik
isoelektrik, maka matan partikel koloid akan bermuatan positif. Sebaliknya jika
pH berada di atas titik isoelektrik maka muatan koloid akan berubah menjadi
netral atau bahkan menjadi negatif.
Titik
isoelektrik dapat ditentukan berdasar kekeruhan
dan endapan karena pada titik dekat isoelektrik akan
terjadi gaya tolak-menolak elektrostatik yang menyebabkan kelarutan
minimum, sehingga terjadi kekeruhan. Setiap jenis protein memiliki titik
isoelektrik yang berbeda-beda. Pada titik isolistrik protein mempunyai
muatan positif dan negatif yang sama, sehingga tidak bergerak ke arah elektroda
positif maupun negatif apabila ditempatkan di antara kedua elektroda tersebut.
Protein mempunyai titik isolistrik yang berbeda-beda. Titik isolistrik protein
mempunyai arti penting karena pada umumnya sifat fisika dan kimia erat
hubungannya dengan pH isolistrik ini. Pada pH di atas titik isolistrik protein
bermuatan negatif, sedangkan di bawah titik isolistrik, protein bermuatan
positif.
B.
TUJUAN
Mengetahui
senyawa-senyawa protein dengan uji-uji protein
C.
LANGKAH KERJA
a) Uji
Millon
1. Taruh
sedikit serbuk albumin diatas keeping tetes, tambahkan beberapa tetes reagen
Millon, aduk baik-baik. Biarkan beberapa lama dan perhatikan warna merah yang
terjadi. Ulangi percobaan ini dengan serbuk kasein dan gelatin.
2. Ke
dalam 2 ml larutan 2% albumin dalam tabung reaksi tambahkan beberapa tetes
pereaksi Millon, lalu aduk dengan baik hingga terbentuk endapan putih. Panaskan
hati-hati hingga mulai timbul warna merah yang berarti reaksi Millon positif.
Ulangi percobaan ini untuk larutan kasein dan gelatin.
3. Ke
dalam 2 ml larutan 2 % fenol tambahkan beberapan tetes peraksi Millon kemudian
panaskan hati-hati dan amati hasilnya.
b) Uji
Ninhidrin
1. Ke
dalam 0,1 M larutan 2 % albumin tambahkan 1 ml 0,1 N larutan Buffer asam asetat
pH 5 dan kemudian tambahkan 20 tetes larutan ninhidrin dalam aseton.
2. Panaskan
campuran tersebut diatas dalam penangas air mendidih selama beberapa menit,
perhatikan warna yang terjadi.
c) Uji
Biuret
1. Ke
dalam tabung reaksi tambahkan 1 ml 2% albumin dan 1 ml 10% NaOH, aduk
kuat-kuat. Tambahkan 1 tetes 0,1% CuSO4, aduk baik-baik. Jika timbul warna
tambahkan lagi beberapa tetes CuSO4 sampai terbentuk warna ungu.
2. Ke
dalam tabung reaksi masukkan urea sedikit dan panaskan hingga melebur.
Dinginkan dan perhatikan baunya. Larutkan urea yang telah dingin tersebut di
atas dengan air, kemudian lakukan reaksi biuret seperti cara 1.
d) Titik
Isoelektrik Protein
1. Ke
dalam 5 tabung reaksi masing-masing tambahkan 5 ml larutan 0,5% kasein.
Selanjutnya pada kelima tabung tersebut tambahkan masing-masing buffer asetat
pH 6.0, 5.3, 5.0, 4.1 dan 3.8
2. Kocok
campuran baik-baik serta catat derajat kekeruhan setelah: 0 menit, 10 menit dan
30 menit.
3. Setelah
30 menit kelima tabung diatas dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 30
menit. Pembentukkan endapan/kekeruhan paling cepat terjadi dekat titik
isoelektrik larutan protein.
D.
HASIL
a) Hasil
berupa tabel
|
No
|
Macam Uji
|
Bahan
|
Hasil
|
Warna/tanda
|
|
1
|
Uji Millon
|
S. Albumin +
Millon
|
Negatif
|
Kuning
|
|
|
|
S. Kasein +
Millon
|
Negatif
|
Kuning
|
|
|
|
S. Gelatin + Millon
|
Negatif
|
Kuning
|
|
|
|
Lar. Albumin +
Millon
|
Negatif
|
Kuning
|
|
|
|
Lar. Kasein +
Millon
|
Negatif
|
Putih
|
|
|
|
Lar. Gelatin +
Millon
|
Positif
|
Merah
|
|
|
|
Lar. Fenol +
Millon
|
Positif
|
Merah
|
|
2
|
Uji Ninhidrin
|
Aseton
|
Positif
|
Ungu
|
|
3
|
Uji Biuret
|
Albumin + NaOH
+ CuSO4
|
Positif
|
Ungu + ada
endapan
|
|
4
|
Titik
Isoelektrik Protein
|
pH 6.0
|
Positif
|
Menjadi
keruh,tidak ada endapan
|
|
|
|
pH 5.3
|
Positif
|
Menjadi
keruh,tidak ada endapan
|
|
|
|
pH 5.0
|
Positif
|
Menjadi
keruh,tidak ada endapan
|
|
|
|
pH 4.1
|
Positif
|
Menjadi
keruh,tidak ada endapan
|
|
|
|
pH 3.8
|
Positif
|
Menjadi
keruh,tidak ada endapan
|
b) Hasil
berupa foto
Uji
Millon
Titik
isoelektrik protein
E.
PEMBAHASAN
1.
Uji Millon
Prinsip dari uji Millon adalah
pembentukan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi dan menunjukkan reaksi
positif yang ditandai dengan terbentuknya warna merah. Dari hasil pengamatan,
diketahui bahwa semua serbuk pada percobaan 1 menunjukkan hasil yang negatif.
Sedangkan pada larutan percobaan ke-2 kasein yang menunjukkan negatif sisanya
positif. Seharusnya albumin, kasein , dan fenol hasil ujinya positif karena
mengandung Tirosin sebagai salah asam amino penyusunnya, sedangkan gelatin dan
pepton tidak mengandung tirosin. Uji Millon pada praktikum ini berlainan
dengan literatur.
2. Uji Ninhidrin
Reaksi Ninhidrin digunakan sebagai uji
umum protein. Pemanasan dengan Ninhidrin menghasilkan produk berwarna ungu pada
semua asam amino yang mempunyai gugus L α-amino bebas, sedangkan produk yang
dihasilkan oleh prolin dan hidroksiprolin berwarna kuning.
Adapun fungsi dari pereaksi Ninhidrin
pada uji ini ialah sebagai oksidator yang mereduksi asam amino sehingga
menghasilkan senyawa kompleks berwarna biru. Sebelum menghasilkan senyawa
berwarna biru, dihasilkan dulu hasil antara yakni hidridantin. Setelah mengalami
oksidasi, gugus –COOH (karboksil) dan –NH2 (amina) terpecah menghasilkan NH3 dan asam karboksilat. Dengan pemanasan,
Ninhidrin ditambah hidridantin menghasilkan warna biru, dan ada juga yang lepas
yaitu asam karboksilat dan CO2.
3. Uji Biuret
Uji biuret ini dilakukan dengan tujuan
untuk menentukan adanya senyawa – senyawa yang mengandung gugus amida asam.
Reaksi biuret merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui ikatan peptida.
Reaksi ini positif (berwarna ungu) untuk zat yang mengandung 2 atau lebih
ikatan peptida.
Reaksi biuret merupakan reaksi warna
yang umum untuk gugus peptida (-CO-NH-) dan protein. Reaksi positif ditandai
dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida.
Banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan peptida mempengaruhi warna reaksi
ini. Senyawa dengan dipeptida memberikan warna biru, tripeptida ungu dan
tetrapeptida serta peptida kompleks memberikan warna merah. Biuret dihasilkan
dengan memanaskan urea kira-kira pada suhu 180oC dalam larutan
basa. Biuret memberikan warna violet dengan CuSO4. Reaksi ini
disebut dengan reaksi biuret, kemungkinan terbentuknya Cu2+ dengan gugus CO dan –NH dari rantai
peptida dalam suasana basa. Dipeptida dan asam-asam amino (kecuali histidina,
serina dan treonina) tidak memberikan uji ini. Beberapa protein yang mempunyai
gugus –CS-NH-, -CH-NH- dalam molekulnya juga memberikan tes warna positif
dengan biuret.
4. Titik Isoelektrik Protein
Pemanasan
akan membuat protein bahan terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya
menurun. Hal ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya
interaksi non-kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi tidak
memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida. Proses ini biasanya
berlangsung pada kisaran suhu yang sempit.
Seperti asam
amino, protein yang larut dalam air akan membentuk ion yang mempunyai muatan
positif dan negatif. Dalam suasana asam molekul protein akan membentuk ion
positif, sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negatif. Pada titik
isolistrik protein mempunyai muatan positif dan negatif yang sama, sehingga
tidak bergerak ke arah elektroda positif maupun negatif apabila ditempatkan di
antara kedua elektroda tersebut. Protein mempunyai titik isolistrik yang
berbeda-beda. Titik isolistrik protein mempunyai arti penting karena pada
umumnya sifat fisika dan kimia erat hubungannya dengan pH isolistrik ini. Pada
pH di atas titik isolistrik protein bermuatan negatif, sedangkan di bawah titik
isolistrik, protein bermuatan positif. Titik isolistrik pada albumin adalah
pada pH 4,55-4,90.
F.
KESIMPULAN
Pada
Uji Millon, bahan yang menggunakan serbuk albumin, gelatin dan kasein
menunjukan hasil negatif. Sedangkan pada bahan yang menggunakan larutan albumin
dan kasein negatif, gelatin dan fenol positif.
Pada
Uji Ninhidrin menunjukkan hasil positif dengan munculnya warna ungu.
Pada
Uji Biuret menunjukan hasil positif dengan munculnya warna ungu dan ada
endapan.
Pada
Uji Titik Isoelektrik Protein menunjukan hasil positif dengan berubah menjadi
keruh.
BAB
LIPID
A.
DASAR TEORI
Lemak (Lipid) adalah zat organik hidrofobik
yang bersifat sukar larut dalam air.Namun lemak dapat larut dalam pelarut
organik seperti kloroform,eter dan benzen.
Berdasarkan komposisi kimianya lemak
terbagi atas tiga,yaitu:
1.
Lemak Sederhana
Lemak sederhana tersusun oleh
trigliserida, yang terdiri dari satu gliserol dan tiga asam lemak.Contohsenyawa lemak sederhana adalah lilin(wax) malam atau
plastisin(lemak sederhana yang padat pada suhu kamar),dan minyak(lemak
sederhana yang cair pada suhu kamar).
2.
Lemak Campuran
Lemak Campuran merupakan gabungan
antara lemak dengan senyawa bukan lemak. Contoh lemak campuran adalah
lipoprotein (gabungan antara lipid dan dengan protein),Fosfolipid(gabungan antara lipid dan fosfat), serta
fosfatidilkolin (yang merupakan gabungan antara lipid,fosfat dan kolin).
3.
Lemak Asli (Derivat Lemak)
Deriwat lemak merupakan senyawa yang
dihasilkan dari proses hidrolisis lipid.misalnya kolesterol dan asam
lemak.Berdasarkan ikatan kimianya asam lemak dibedakan menjadi 2,yaitu:
·
Asam lemak
Jenuh,bersifat non-esensial karena dapat disintesis oleh tubuh dan pada umumnya
berwujud padat pada suhu kamar.Asam lemak jenuh berasal dari lemak
hewani,misalnya mentega.
·
Asam lemak
tidak jenuh, bersifat esensial karena tidak dapat disintesis oleh tubuh dan
umunya berwujud cair pada suhu kamar.Asam Lema tidak jenuh berasal dari lemak
nabati,misalnya minyak goreng.
Beberapa uji lipid:
1. Uji Kelarutan Lipid
Lemak dan minyak tidak larut dalam
air, tetapi sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam pelarut
organik seperti eter, kloroform, aseton, benzen, atau pelarut polar lainnya.
Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak stabil karena dibiarkan, maka
kedua cairan akan memisah menjadi dua lapisan. Sebaliknya, minyak dalam soda
(Na2CO3) akan membentuk emulsi yang stabil karena asam lemak yang bebas dalam
larutan lemak bereaksi dengan soda membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif
permukaan, sehingga tetes-tetes minyak tersebar seluruhnya.
2. Uji Penyabunan
Uji
penyabunan untuk asam-asam lemak dilakukan dengan menambahkan 10 ml KOH
alkoholis 10% atau NaOH 10 % kedalam minyak yang hendak diuji, kemudian
dikocok. Pencampuran ini menghasilkan larutan berwarna kuning muda yang tidak
saling campur. Setelah itu minyak dan KOH alkoholisis 10% dipanaskan diatas
penangas air. Pada proses pemanasan ini minyak dapat larut dalam KOH
alkoholisis dan larutan berwarna kuning muda.
Reaksi di
atas dikenal dengan reaksi penyabunan (saponifikasi). Reaksi ini bertujuan
untuk pengambilan asam-asam lemak dari minyak, sehingga dihasilkan campuran
sabun dan gliserol yang mudah larut dalam air dan alkohol. Pada pengambilan
asam lemak ini, minyak dihidrolisis dengan larutan alkali yaitu KOH (Kalium
hidrosida) atau NaOH (Natrium hidroksida).
Proses
hidrolisis yang menggunakan basa disebut proses penyabunan. Jumlahmol basa yang
digunakan dalam proses penyabunan ini tergantung pada jumlah molasam
lemak.Untuk lemak dengan berat tertentu,jumlah mol asam lemak tergantungpada
panjang rantai karbon pada asam lemak tersebut. Apabila rantai karbon
itupendek,maka jumlah mol asam lemak besar,sebaliknya apabila rantai karbon
itupanjang,jumlah mol asam lemak kecil. Jumlah miligram KOH yang diperlukan
untukmenyabunkan 1gram lemak disebut bilanganpenyabunan. Jadi besar atau
kecilnya bilangan penyabunan ini tergantungpada panjang atau pendeknya rantai
karbon asam lemak atau dapat dikatakan jugabahwa besarnya bilangan penyabunan
tergantung pada berat molekul lemaktersebut. Makin kecil berat molekul
lemak,makain besar bilangan penyabunannya.
3. Uji Akrolein
Uji kualitatif lipid lainnya adalah
uji akrolein. Dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas
atau dalam lemak/minyak menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein.
Menurut Scy Tech Encyclopedia (2008), uji akrolein digunakan untuk menguji
keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak dipanaskan setelah
ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik air, maka bagian
gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau
dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak
terbakar dan ditandai dengan asap putih.
4. Uji Lieberman-Burchad
Uji Lieberman Buchard merupakan uji
kuantitatif untuk kolesterol. Prinsip uji ini adalah mengidentifikasi
adanya kolesterol dengan penambahan asam sulfat ke dalam campuran.
Sebanyak 10 tetes asam asetat dilarutkan ke dalam
larutan kolesterol dan kloroform (dari percobaan Salkowski).
Setelah itu, asam sulfat pekat ditambahkan.Tabung dikocok perlahan dan
dibiarkan beberapa menit. Mekanisme yang terjadi dalam uji ini adalah
ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam campuran yang berisi kolesterol,
maka molekul air berpindah dari gugus C3 kolesterol, kolesterol kemudian
teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi menjadi
polimer yangmengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna
hijau ini menandakan hasil yang positif (WikiAnswers 2008). Reaksi
positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari
terbentuknya warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi
hijau tua.
B.
TUJUAN
Mengetahui
senyawa-senyawa lipid dengan uji-uji lipid
C.
LANGKAH KERJA
a) Uji
Kelarutan
1. Sediakan
4 tabung reaksi dan tambahkan ke dalamnya:
Tabung 1 :
tambahkan 2 ml air.
Tabung 2 :
tambahkan 2 ml alkohol dingin
Tabung 3 :
tambahkan 2 ml alkohol panas
Tabung 4 :
tambahkan 2 ml kloroform
Kemudian masukkan ke dalam tiap tabung
0,2 ml minyak goreng, kocok hati-hati
2. Ambil
2-3 tetes dari masing-masing tabung di atas dan teteskan pada kertas saring,
noda yang tertinggal pada kertas saring keringkan. Adanya noda yang tertinggal
pada kertas saring menunjukkan lemak/lipid yang larut dalam pelarut.
b) Hidrolisa
Mentega
1. Masukkan
5 gram mentega ke dalam beaker glass kecil lalu tambahkan 35 ml larutan NaOH
alkoholis (20% NaOH dalam 40% etil alkohol), tutup dengan laca arloji dan
panaskan di atas air mendidih sampai penyabunan sempurna. Kesempurnaan
penyabunan dapat diuji dengan mengambil beberapa tetes hasil penyabunan, kemudian
masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi air. Bila penyabunan telah sempurna
akan diperoleh larutan jernih tanpa tetes minyak pada permukaan.
2. Setelah
penyabunan sempurna lalu ditambahkan 10 ml air dan pindahkan ke dalam beaker
glass 250 ml. Panaskan diatas penangas air mendidih sampai semua alkohol keluar
menguap (tidak tercium bau alkohol).
3. Ambil
1 ml larutan sabun tahap 2, masukkan ke dalam tabung reaksi, kocok dan
perhatikan pembentukkan busa. Lalu tambahkan 1 ml air dan 0,5 ml 0,1 N CaCl2.
Perhatikan apakah terjadi endapan? Jelaskan!
4. Ambil
1 ml larutan sabun tahap 2, masukkan ke dalam tabung reaksi, lalu tambahkan 1
ml air dan NaCl padatan hingga jenuh. Apa yang terjadi dan jelaskan peristiwa
ini
5. Ambil
5 ml larutan sabun tahap 2, masukkan 2 N H2SO4 (periksa dengan lakmus) hingga
asam. Perhatikan pembentukan bau asam butirat dan asam lemak lainnya yang mudah
menguap.
6. Pindahkan
lapisan lemak yang ada di permukaan denga pipet ke dalam tabung reaksi,
panaskan hingga asamnya hilang, lalu dinginkan. Periksa dengan uji akrolein.
c) Uji
Akrolein
1. Sediakan
3 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu ke dalam masing-masing tabung
masukkan 10 tetes olive oil, gliserol atau asam palmitat.
2. Ke
dalam masing-masing tabung tambahkan sejumlah volume yang sama KHSO4, lalu
dipanaskan pelan-pelan langsung di atas api. Perhatikan bau akrolein yang
menusuk hidung.
d) Uji
Lieberman-Burchad untuk kolesterol
1. Sedikit
kolesterol larutkan dalam kloroform sampai larut seluruhnya.
2. Tambahkan
10 tetes asam asetat anhidrid dan 2 tetes asam sulfat pekat, kocok
perlahan-lahan dan biarkan beberapa menit. Perhatikan perubahan warna.
D.
HASIL
a) Hasil
berupa tabel
|
No
|
Macam Uji
|
Bahan
|
Hasil
|
Warna/tanda
|
|
1
|
Uji kelarutan
|
Air
|
Tidak larut
|
Keruh, ada
endapan
|
|
|
|
Alkohol dingin
|
Tidak larut
|
Ada gumpalan
|
|
|
|
Alkohol panas
|
Terlarut
|
Bercampur
|
|
|
|
Kloroform
|
Terlarut
|
Warna kuning
|
|
2
|
Hidrolisa
Mentega
|
Mentega
|
Positif
|
Ada endapan
|
|
3
|
Uji Akrolein
|
Olive oil
|
Positif
|
Bau menyengat
|
|
|
|
Gliserol
|
Positif
|
Bau menyengat
|
|
|
|
Palmitat
|
Positif
|
Bau menyengat
|
|
4
|
Uji Lieberman-Burchad
|
Kolesterol
|
Positif
|
Warna hijau
|
b) Hasil
berupa foto
Hidrolisa
Mentega Uji
Akrolein
E.
PEMBAHASAN
1.
Uji Kelarutan
Pada
percobaan ini, semua bahan diuji secara organoleptis yaitu uji yang meliputi
panca indera, dalam hal ini adalah penglihatan. Pada uji kelarutan minyak di
tabung reaksi 1 antara minyak kelapa dengan aquades, saat minyak kelapa
ditambahkan sebanyak 2 tetes pada aquades, minyak tidak dapat larut dengan baik
dan antara minyak kelapa dan aquades terpisah karna air adalah senyawa polar,
sementara minyak adalah senyawa non polar, warnanya pun keruh dan ada endapan
minyak di permukaan.
Sedangkan
pada uji kelarutan minyak di tabung reaksi 2 antara minyak kelapa dengan
alkohol dingin, saat minyak kelapa ditambahkan sebanyak 2 tetes pada alkohol,
tidak terjadi kelarutan sempurna dibuktikan dengan terlihatnya larutan yang
koloid dan membentuk koloid dan membentuk gumpalan terlihat ada pemisahan dan
warnanya yang cerah . Hal ini dikarenakan etanol merupakan zat pelarut yang
baik. alasan selanjutnya terlihat dari rumus kimianya terdapat dua gugus alkil
(etil alkohol) sehingga apa bila terjadi reaksi gugus alkil yang paling luar
lebih mudah untuk lepas sehingga terjadilah ikatan kimia.
Sedangkan
pada uji kelarutan minyak di tabung reaksi 3 antara minyak kelapa dengan
alkohol panas,saat minyak kelapa ditambahkan 2 tetes pada alkohol panas, minyak
dapat larut dengan baik dan dapat bercampur dengan sempurna dan karena kedua
larutan ini dapat berikatan dengan gaya vanderwalls dan kedua larutan sama-sama
bersifat polar.
Dan
pada uji kelarutan minyak di tabung reaksi 4 antara minyak kelapa dengan
kloroform, saat minyak kelapa ditambahkan 2 tetes pada kloroform, minyak dapat
larut dengan baik dan warna yang terbentuk adalah kuning.
2.
Hidrolisa Mentega
Pada percobaan hidrolisis mentega,
digunakan NaOH untuk menghidrolisis mentega dalam pelarut alkohol. Alkohol
disini berfungsi untuk mempercepat reaksi hidrolisis. Rekasi positif ditandai
dengan munculnya busa dan lama kelamaan alkohol akan menguap. Untuk
menyempurnakan rekasi hidrolisis, maka dilakukan pemanasan +15 menit
sampai busa (sabun) yang terbentuk larut semuanya. Adapun hasil yang diperoleh
ialah penambahan CaCl2 pada larutan sabun tidak membentuk endapan.
3. Uji Akrolein
Bahan yang diujinya adalah olive oil, gliserol dan asam palmitat.
Pertama-tama, pada masing-masing tabung reaksi dimasukan 10 tetes olive oil,
gliserol dan asam palmitat. Kemudian pada masing-masing tabung ditambahkan
KHSO4, lalu dipanaskan pelan-pelan diatas api dan diperhatikan bau akrolein
yang menusuk hidung. Ternyata didapatkan hasil bahwa olive oil mengeluarkan bau
yang lebih menyengat dibandingkan gliserol. Sedangkan asam palmitat tidak
tercium bau akrolein.
Pada uji ini, penambahan KHSO4 berfungsi sebagai katalisator pembentukan
gliserol pada sampel yang mengandung gliserol, dan KHSO4 ini tidak ikut
bereaksi karena tidak larut dalam larutan sampel, tetapi hanya berfungsi
sebagai katalisator. Pada uji ini seharusnya yang mengeluarkan bau akrolein yang
lebih menyengat adalah gliserol, bukan olive oil. Bau yang sangat menyengat
yang dikeluarkan olive oil terjadi karena pemanasan terlalu lama, sehingga
menyebabkan bau yang begitu menyengat. Yang akan bereaksi dengan uji ini adalah
gliserolnya bukan asam lemaknya, sehingga seharusnya gliserol yang mengeluarkan
bau akrolein yang lebih menyengat dibandingkan olive oil.
Pembentukan akrolein ini terjadi karena dehidrasi gliserol dalam
minyak/lemak yang menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein.
Sedangkan pada asam palmitat tidak menimbulkan bau, karena tidak mengandung
flatogliserol dan tidak terbentuk trigliserida sehingga akrolein tidak
terbentuk.
4. Uji Lieberman-Burchad
Yang terakhir adalah uji lieberman-burchard. Yaitu uji untuk kolesterol,
bahan yang diujinya adalah kolesterol (minyak). Pertama-tama minyak
dilarutkan dalam kloroform sampai larut semuanya, kemudian ditambahkan 10 tetes
asam asetat dengan 2 tetes asam sulfat pekat. Lalu dikocok perlahan-lahan,
didiamkan beberapa menit dan diperhatikan perubahan warna yang terjadi.
Ternyata didapatkan hasil bahwa minyak menghasilkan warna hijau yang
lebih pekat dibandingkan dengan kaldu. Ini berarti kandungan kolesterol pada
minyak goreng lebih banyak dibandingkan pada kaldu. Karena warna hijau yang
terjadi ini sebanding dengan konsentrasi kolesterol.
Penambahan kloroform berfungsi untuk melarutkan kolesterol yang terkandung
di dalam sampel. Fungsi dari kloroform adalah untuk melarutkan lemak. Karena
sifat dari lemak adalah nonpolar dan kloroform juga bersifat nonpolar.kemudian
pada penambahan asam asetat adalah untuk membentuk turunan asetil dari steroid
yang akan membentuk turunan asetil yang akan beraksi dengan asam sulfat pekat
membentuk larutan warna. Penambahan H2SO4 ini berfungsi untuk memutuskan ikatan
ester pada lemak. Warna hijau ini disebabkan karena adanya gugus hidroksi (-OH)
dari kolesterol yang bereaksi dengan perekasi lieberman-burchard.
F.
KESIMPULAN
Pada
uji kelarutan, bahan campuran air dan alkohol dingin menghasilkan hasil yang
positif, sedangkan pada bahan campuran alkohol panas dan kloroform menghasilkan
hasil yang negatif.
Pada
hidrolisa mentega, menghasilkan hasil yang positif dengan ditandai ada endapan.
Pada
uji akrolein, ketiga bahan menghasilkan hasil yang positif dengan ditandai dengan
bau yang menyengat.
Pada
uji lieberman-burchadmenghasilkan hasil yang positif dengan ditandai dengan
warna hijau.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø http://ayuandriani-elfouz.blogspot.co.id/2012/11/teori-protein.html
Ø https://rahayuasih.wordpress.com/2012/02/22/uji-protein/
Ø http://pelatihanguru.net/titik-isoelektrik-dan-pengaruh-titik-isoelektrik-terhadap-protein
Ø https://claudyalembong.wordpress.com/2014/03/06/pengujian-lemakproteindan-karbohidrat/
Ø http://www.softilmu.com/2013/07/pengertian-dan-fungsi-lemak.html
Ø http://lipidkita.blogspot.co.id/
Ø http://kimiadasar.com/uji-karbohidrat/
Ø http://puspa.larasati08.student.ipb.ac.id/2011/03/04/amino-dan-protein/
Ø http://hana-aaoo.blogspot.co.id/2014/03/protein-laboratorium-biokimia-2013.html
Ø https://vinaoktap2015.wordpress.com/2015/08/03/uji-proteinuji-biuret/
Ø http://niamts.blogspot.co.id/2013/06/sifat-kimia-protein-laporan-praktikum.html
Ø https://puputroselita.wordpress.com/tag/uji-lipid-pada-minyak-kelapa-margarin-dan-mentega/
Ø http://rdsusisulistyansari.blogspot.co.id/2015/02/biokimia-lipid.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar